Mencari Burung dalam Kabut

Beberapa minggu ini kota Bogor dan sekitarnya selalu bercuaca mendung hingga hujan. Namun, tidak menghalangi kami para pekerja kantoran yang sudah penat dengan suasana kerja yang monoton. Menikmati alam adalah salah satu cara kami mengurangi stres. Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna menjadi tujuan kami kali ini. Teropong dan kamera sudah kami siapkan. Mendung pagi menghias langit ke arah Puncak. Namun tidak mematikan semangat kami. Sinar matahari yang malu-malu memberi sedikit semangat kami untuk pengamatan dan fotografi burung.

Satu jam perjalanan tanpa kemacetan Puncak pada Sabtu (1/4/2017) lalu hingga tiba di TWA Telaga Warna membuat kami semakin semangat. Kicauan burung wiwik uncuing (Cuculus sepulcralis) membuka daftar list jenis kami dan raja-udang meninting (Alcedo meninting) yang hinggap di kabel flying fox menjadi foto pertama. Kami mencari lokasi yang rimbun, semakin kami diam semakin ramai terdengar suara burung. Mereka tidak terganggu dengan kehadiran kami. Tampak ciu kunyit (Pteruthius aenobarbus) mencari makan sambil bernyanyi.

Kami melanjutkan perjalanan lebih ke dalam hutan. Daun basah dan dingin sangat terasa di salah satu hutan tropis tersisa di Jawa Barat. Kami tidak mendengar suara burung, yang pada akhirnya kami keluar dalam hutan karena melihat bangunan. ” Ahh..ini bangunan yang biasa diinapi teman-teman saat penelitian”, batin saya. Semakin kami mendekati bangunan itu, semakin tahu bahwa itu adalah bangunan baru. Dua bangunan besar bersegi banyak yang berdiri di pinggir hutan. Perdebatan bangunan dan tempat hidup burung akhirnya menghiasi perjalanan pengamatan kami hingga kami melihat sikatan mugimaki (Ficedula mugimaki) yang bertengger di pohon dekat kebun teh. Kami mulai lagi mencari burung.

Pinggir hutan adalah lokasi yang baik untuk mengamati burung. Kami hanya diam dan mengamati di ranting-ranting pohon dan burung-burung pun berdatangan. Bila kami bosan, kami hanya masuk dikit ke dalam hutan. Jantan dan betina sikatan belang (Ficedula westermanni) terlihat pindah dari satu dahan ke dahan lain. Sekali-kali suara cincoang coklat (Brachypteryx leucophyrs) berbunyi dekat kami, dan saat kami cari kami tidak menemukannya.

Langit kelabu semakin berwarna gelap, tanda akan hujan. Kami akhirnya kembali ke bangunan yang sedang dibangun untuk berteduh. Sambil menunggu terang, cincoang coklat mencari makan di bawah bangunan. “Sepertinya ada sarang nih”, ucap Adhy. Dan akhirnya kami menunggu cincoang coklat bolak balik mencari makan, tapi kami tidak menemukan sarangnya. Sekali-kali berencet kerdil (Pnoepyga pusilla) muncul di depan bangunan dan saat tahu keberadaan kami, ia lari bersembunyi di bawah bangunan. Hujan lebat akhirnya menemani kami saat kami berteduh di bangunan baru.

Saat hujan telah reda, kami bergegas pulang. Di saat kepulangan kami, suara khas dari sikatan bubik (Muscicapa dauurica) memanggil kami. Kami terhenti dan berhasil mengabadikannya. Aahhh..lumayan 23 jenis burung berhasil kami lihat dan dengar di TWA Telaga warna ini.

Pengamat : Adhy PS, Giyanto, Yanuar, Noni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *