Sayap-sayap Kehidupan di Pulau Bunyu

Hujan gerimis di pagi bulan Oktober mengguyur pulau kecil yang menjadi salah satu bagian dari gugusan pulau di Utara Kalimantan, Pulau Bunyu namanya secara admistratif masuk ke dalam Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara yang letaknya berada di antara Pulau Tarakan dan Selat Makassar.

Setelah beberapa jam, gerimis mulai hilang digantikan sinar matahari yang mulai masuk dari sela-sela awan hitam. Tim gabungan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nasional, Pertamina EP Asset 5 Bunyu Field , Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) dan Bunyu Kreatif mulai bersiap menjelajah alur sungai dan pesisir Pulau Bunyu dalam rangkaian monitoring burung. Tidak butuh waktu lama setelah kami keluar dari pelabuhan, tiga individu burung Dara-laut Tiram (Sterna nilotica) yang sedang mencari ikan-ikan kecil di pesisir pelabuhan menyambut kami, namun kami harus bergegas menuju sungai besar di pulau ini agar perahu bisa keluar sebelum surut menghadang kami.

Muara pertama yaitu Sungai Membaring mulai terlihat dari kejauhan, barisan pohon mangrove mulai menyapa kami, tipe vegetasi di muara sungai ini didominasi oleh tumbuhan pidada (Sonneratia sp) yang mempunyai diameter pohon berukuran besar dengan ketinggian antara 15-20 meter sementara tipe vegetasi mangrove di sepanjang aliran sungai didominasi oleh jenis-jenis bakau (Rhizophora sp) dan ke arah hulu banyak ditumbuhi oleh jenis nipah (Nypah fructicans).

Di muara sungai sudah mulai telihat burung Cangak abu (Ardea cinerea) dan Kuntul karang (Egretta sacra) sedang mencari ikan, selang beberapa lama terlihat Elang bondol (Haliastur indus) soaring di atas pepohonan mangrove dan disusul oleh burung Elang-laut perut-putih (Haliaeetus leucogaster) yang terlihat terbang rendah seperti ingin menangkap sesuatu. Beberapa jenis mamalia juga tak kalah menariknya, seperti Babi hutan (Sus barbatus), Tupai tiga-warna (Callosciurus prevostii) dan Bekantan (Nasalis larvatus). Beberapa kali kami menemukan kelompok bekantan di pinggir sungai sedang memakan daun mangrove muda dan sesekali terdengar seekor bekantan dewasa menggeram memberi peringatan kepada anggota kelompok akan selalu waspada.

Tiga puluh jenis burung yang berhasil kami amati di Sungai Membaring, beberapa jenis yang kami amati juga teramati di tiga sungai lainnya, yaitu Sungai Kelong, Sungai Hantu dan Sungai Tuanjan. Jika menjelang siang hari, air laut surut di sekitar muara sungai mulai muncul gosong-gosong lumpur. Jenis burung lain yang menarik kami amati di keempat sungai, antara lain Pekaka emas (Pelargopsis capensis), Cekakak sungai (Todirhamphus chloris), Pelatuk ayam (Dryocopus javensis) dan Remetuk laut (Gerygone sulphurea).

Jenis burung lainnya yang ternyata juga merupakan jenis yang penting sebagai informasi salah satu tujuan burung dalam bermigrasi, antara lain Cerek melayu (Charadrius peronii), Trinil pantai (Tringa hypoleucos), Gajahan penggala (Numenius phaeopus), Gajahan besar (Numenius arquata), Biru-laut ekor-belorok (Limosa lapponica), Trinil Bedaran (Tringa cinereus), Cerek-pasir besar (Charadrius leschenaultii) dan Cerek-pasir Mongolia (Charadrius mongolus). Cerek-pasir Mongolia merupakan jenis burung yang jumlahnya paling banyak dari jenis burung migrasi lainnya, tercatat dalam sekali pertemuan bisa terlihat 20-50 individu. Cerek-pasir Mongolia merupakan jenis burung yang berbiak di Asia timur laut dan bermigrasi untuk mencari makan ke Afrika, Asia Tenggara, Australia dan Selandia Baru.

Selama dua bulan kami pengamatan, kami berhasil mengumpulkan hingga 54 jenis burung. Jumlah ini bisa saja bertambah seiring dengan monitoring yang masih berjalan dan perlindungan kawasan Pulau Bunyu yang masih jarang didatangi. Kami sangat berharap jenis-jenis burung di kawasan ini akan terus bertambah serta tetep lestari di Pulau kecil yang kaya akan sumber alamnya.

Penulis dan foto : Gusti Wicaksono (Community Development Officer Pertamina EP Bunyu Field)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *