(Indonesian) Menilik Sang Bidadari Halmahera (Bagian 1)
Raut wajah beberapa turis tampak sangat gembira bukan kepalang. Sesekali mereka tertawa dan terdengar ungkapan, ”Very beautiful!” Kalimat itu terdengar berulang-ulang ketika saya membawa mereka untuk menonton burung atau ”birdwatching”. Mereka takjub saat melihat kecantikan dan keelokan burung bidadari Halmahera dan burung endemik lainnya di Bukit Tanah Putih. Lokasi ini oleh para birdwatcher disebut juga ”Kali Batu Putih.”
Pertanyaan awal para birder saat menginjakkan kaki di pulau Halmahera adalah kapan saya melihat ’Standardwing Bird of Paradise’? Itu adalah sebutan bagi Sang Bidadari Halmahera dalam bahasa Inggris untuk burung indah surga dunia. Julukan ini diberikan oleh sang penemu Alfred Russel Wallace pada 1858 di Bacan. Keindahan burung ini pernah difilimkan oleh K. David Bishop, salah satu kontributor buku The Birds of Wallacea. Dan jika keinginan mereka untuk melihat burung Bidadari telah terpenuhi, itu adalah suatu kebanggaan tersendiri.
Kali Batu Putih berjarak kurang lebih 10 kilometer dari Desa Sidangoli arah utara. Dari 23 kawasan rekomendasi, Kali Batu Putih menjadi salah satu bagiannya. Kawasan ini merupakan lokasi pengamatan burung yang baik dan penting di Kawasan Wallacea. Di sini kita dapat melihat jenis-jenis burung endemik Maluku Utara termasuk pulau Halmahera. Dari total 27 jenis burung endemik Maluku Utara, 25 jenis dapat dilihat di Pulau Halmahera dan 21 jenis dapat dilihat di Kali Batu Putih. Kawasan Kali Batu Putih yang dilintasi oleh jalan trans Halmahera dengan topografi berbukit-bukit dan membentuk untaian pegunungan indah.
Pengunjung dari Eropa, Amerika, Asia, Afrika dan Australia berlomba-lomba untuk menikmati tarian nan gemulai dan lincah sang bidadari dari satu ranting ke ranting yang lain. Ia sesekali melakukan manufer layaknya pesawat tempur yang diiringi dengan pekikan suara yang melengking. Ini adalah cara untuk mencari perhatian dari sang betina.
Edisi selanjutnya: Kali Batu Putih menjadi tempat wisata yang jumlah pengunjungnya selalu naik tiap tahun. Namun, ada yang menjadi kendala dalam pengembangan wisata. Apa sajakah itu?
Oleh: Iskandar H Abdullah
Ketua Konservasi Alam Maluku Utara
Foto Bidadari Halmahera : Tan Gim Cheong; Kakatua putih dan Nuri bayan: Iskandar